Scroll untuk baca artikel
Shopee Diskon 50%
Serba Serbi

Pendaki Ini Akan Menantang Badai tanpa Tabung Oksigen di Everest

Avatar photo
×

Pendaki Ini Akan Menantang Badai tanpa Tabung Oksigen di Everest

Share this article
Pendaki Ini Akan Menantang Badai tanpa Tabung Oksigen di Everest

Angin berkecepatan tinggi, longsoran salju, radang beku, dan dingin yang mematikan rasa. Apa gunanya bertaruh nyawa di gunung-gunung bersalju saat musim dingin? Alex Txikon akan meneruskan tradisi pendaki Polandia dalam menembus rekor-rekor pendakian di musim dingin tanpa bantuan oksigen.

Saat ini banyak pendaki yang telah berhasil menggapai puncak Everest di Himalaya. Bahkan, gunung tertinggi di dunia ini kerap dijuluki tumpukan kerak karena dengan bantuan pelayanan dan operator yang memudahkan, pendaki amatir sekalipun dianggap cukup membayar sejumlah uang untuk mendapatkan waktu pendakian terbaik sampai di puncak. Tetapi tidak di musim dingin, di mana gunung ini sangat sepi dan keahlian sangat berperan dalam pendakian. Tidak hanya itu, otoritas penegelola juga tidak memberikan jaminan regu penyelamatan.

Promo Kredivo

“Ini pasti tantangan paling ekstrim sepanjang karir saya bahkan dalam dunia mountaineering. Saya akan mengapainya dengan cara paling murni, tanpa menggunakan oksigen” jelas Txikon seperti dikutip dalam situs  petualangan Trango world.

Tanpa botol oksigen Txiton sangat rentan terhadap Acute Mountain Sickness (AMS). Terlebih, akan menantang badai 150 km per jam dan suhu di bawah 60 derajat. Dalam pahatan sejarah, rekor pendakian tanpa oksigen di musim dingin, pernah dipecahkan oleh pendaki Polandia, Jerzy Kukuczka. Bahkan Kukuczka berhasil menggapai 13 dari 14 puncak di atas 8.000 meter di atas permukaan laut. Sayangnya, Kukuczka tewas di usia 41 tahun dalam usaha menggapai puncak  Lhotze di Himalaya pada tanggal 24 Oktober 1989.  Sejak saat itu, tidak ada lagi catatan keberhasilan pendakian tanpa botol oksigen.

Baca Juga:  Terminal Baru Keberangkataan Internasional Bandara Husein Sastranegara Siap Beroperasi

Txikon tidak hanya mendaki atap dunia tanpa oksigen dan cuaca buruk. Laki-laki 35 tahun kelahiran Lemoa, Spanyol ini akan memaksimalkan dimensi petualangannya dengan membuat film. Txikon akan menghabiskan waktu dua bulan dalam musim dingin di gunung yang dikenal orang Tibet sebagai ‘bunda semesta’ (Chomolungma).

Dalam menyelesaikan ekspedisi ambisius ini,  Txikon dibantu oleh Carlos Rubio seorang pendaki dan pemain ski profesional, Aitor Barez sutradara dan produser film dan Pablo Magister kamerawan profesional yang juga terlatih menggunakan drone. Meskipun terbilang memakai tim baru dan muda, Txikon berharap perbedaan usia justru membuat tim ekspedisinya solid dan sukses.

“Kami ingin memberikan segalanya demi mimpi ini, saya ingin anda berpartisipasi melalui media, blog dan media sosial, ” ucap Txikon.