Ini Panduan Mendaki Gunung Everest
Jelajah Dunia

Ini Panduan Mendaki Gunung Everest

Bagaimana rasanya menjejakan kaki di puncak tertinggi dunia? Ya, Gunung Everest di Himalaya adalah impian bagi sebagian besar pendaki gunung. Menggapainya perlu ketabahan, keuletan, keberanian, dan tekad dibalik tingginya nominal rupiah yang harus dikeluarkan. Lantas apa saja yang harus dipersiapkan para pendaki untuk bisa mewujudkan mimpi tersebut? Begini caranya.

Dengan panggung pegunungan yang mempesona, gletser, dan lembah yang luas, Taman Nasional Sagarmatha didominasi oleh bentangan Pegunungan Himalaya. Tidak hanya fenomena keindahan alamnya saja, taman ini adalah pusat keagamaan dan kebudayaan yang ditandai banyaknya tempat-tempat suci. Inilah alasan UNESCO menetapkannya sebagai World Heritage sejak tahun 1979.

Taman nasional tertinggi dunia ini memiliki rata-rata curah hujan yang tinggi. Hampir 80% curah hujan terjadi pada Juni sampai September. Pada bulan-bulan lainnya hampir semua kawasan ini kering dan menjadi buruan waktu bagi para pendaki

Ada banyak jalur untuk menggapai puncak gunung dengan ketinggian 8855 meter di atas permukaan laut ini. Akan tetapi kebanyakan rute tersebut diperuntukkan untuk para profesional yang akan membayar setiap kesalahan dengan kematian. Sedangkan rute resmi yang menjadi favorit para pendaki adalah rute utara dan rute selatan. Kedua rute tersebut punya tantangan dan tingkat kesulitan masing-masing.

Untuk menggapai Everest dari rute utara, titik awal pendakian bisa di mulai dari sebuah base camp di Tibet. Akan tetapi dalam waktu dekat otoritas pemerintahan China akan memindahkan base camp tersebut ke daerah yang bernama Old Tingri.  Alasannya, longsoran salju pada tahun 2014 dan gempa bumi pada tahun 2015 meluluhlantahkan seluruh area dan fasilitas di kawasan ini.

Baca Juga:  Sensasi Buang Hajat di Jamban Mewah dari Emas 18 Karat dengan Harga Rakyat

Tantangan untuk melewati rute ini adalah cuacanya yang ekstreem. Bahkan dinas pariwisata setempat pernah mencatat badai dengan kecepatan 300 km per jam. Ancaman longsoran salju dan lubang pada celah gletser di sepanjang jalur pendakian juga turut mengintai pendaki yang lengah. Tidak hanya itu, penyakit ketinggian di gunung kerap menjadi penyebab kegagalan sebagian besar pendaki gunung.

Rute tenggara pun tak jauh berbeda. Daerah Khumbu Icefall adalah daerah yang paling ditakuti para pendaki. Bongkahan salju bisa kapan saja bisa menimpa para pendaki yang hendak melintas. Inilah alasan sebagian besar pemandu dan porter meninggalkan area ini di waktu pagi. Alasannya, salju mudah mencair jika matahari sudah terbit. Bahkan, karena takutnya pemandu gunung akan marah dan meninggalkan pengunjung yang berjalan lambat.

Selain itu para pendaki diwajibkan melewati titian tangga dari aluminium yang terpasang. Jurang yang dalam sudah menanti jika para pendaki lalai menerapkan teknik khusus tersebut. Tapi, jalur ini menjadi favorit karena relatif banyak melahirkan nama yang menjejakkan kaki di puncak bersama keberhasilan ekspedisi. Alasannya, jalur ini relatif praktis dengan menuju punggung gunung yang dikenal sebagai area Hillary Stepp yang langsung menghadap puncak Everest.

Berdasarkan data terbaru dari sebuah situs Everest Journal, untuk memiliki kesempatan menggapai gunung ini diperlukan dana sebesar $25,000-to-$90,000. Dana ini setara dengan Rp 250 juta – Rp 900 juta. Harga ini tentunya disesuaikan dengan musim pendakian terbaik.