Strategi promosi wisata Indonesia Wonderful Indonesia yang tengah gencar di pasarkan ke mancanegara berbuah manis. Sebuah media global yang berbasis di China yakni China Travel and Leisure, menetapkan wisata Indonesia sebagai The Famous Next Travel Destination. Pemberian Apresiasi itu dalam rangka acara 10th Anniversary China Travel and Leisure Award di Wanda Reighn Shanghai, China, Selasa (15/11).
Kementerian Pariwisata (Kemenpar) merasa senang atas penghargaan tersebut, terlebih diberikan oleh media yang memiliki kredibilitas tinggi yang selama ini menjadi rujukan traveler Asia. Sekertaris Menteri Pariwisata Ukus Kuswara yang menerima langsung penghargaan tersebut menjelaskan bahwa dengan raihan apresiasi ini diharapkan memantik wisatawan negara Tembok Raksasa ini untuk mengunjungi destinasi tanah air. “Next Destination itu memberikan rasa optimistis bagi kami untuk mendatangkan wisman dari China,” kata Sekretaris Kementerian Pariwisata Ukus Kuswara.
Lebih lanjut, Ukus Menjelaskan bahwa selama ini wisatawan China menjadi nomor 1 terbanyak mengunjungi Indonesia. Selanjutnya ditempati oleh Singapura, Malaysia, Australia dan Jepang. Pada tahun 2015 outbound traveler China mencapai 120 juta orang ke seluruh negara dunia. Akan tetapi Indonesia meraih pasar sebanyak 1,2 juta wisatawan China.
Keberhasilan indonesia meraih The Famous Next Travel Destination tak terlepas dari beberapa strategi yang digaungkan Kemenpar. Langkah pertama adalah strategi bebas visa kunjungan. Selanjutnya ada strategi go digital be the best yakni memanfaatkan peran digitalisasi untuk semua aspek baik dari pemasaran sampai ke industri pariwisata.
Selain itu ada strategi memperkuat penerbangan langsung ke Indonesia. Caranya, dengan menjalin kerjasama dengan Singapore Airlines dan Silk Air. Lebih lanjut, Indonesia juga membangun deregulasi di sektor kepariwisataan. Salah satu hasilnya adalah pencabutan cabotage untuk cruise, sehingga kapal pesiar dengan bendera asing boleh menaik-turunkan di pelabuhan Indonesia. Ada lima pelabuhan yang sudah membuka cabotage yakni Belawan, Tanjung Priuk, Tanjung Perak, Benoa, dan Makasar.
Selain itu, deregulasi ini juga otomatis berimbas pada penghapusan sistem Clearence Approval for Indonesiaan Territory yang membuat yachts harus mengurus izin 3 minggu untuk berlayar ke perairan Indonesia. “Sekarang tinggal 3 jam saja, dan benchmark-nya Singapura hanya cukup 1 jam saja, kami sudah memakai CIQP biasa dan cleareance untuk mengganti kebijakan sebelumnya,” jelas Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Wilayah Asia Pasifik Vinsensius Jemadu.