Siapa yang nggak pernah dengar rumor seru ini: “Kalau mau tiket murah, beli last minute aja!”
Tapi, benarkah berburu tiket pesawat di detik-detik terakhir itu lebih hemat? Atau justru jebakan yang bikin kamu bayar lebih mahal?
Di artikel ini, kita akan membongkar mitos vs fakta tentang tiket pesawat last minute – supaya kamu tahu kapan mengambil risiko menunggu hingga detik akhir, dan kapan harus booking jauh-jauh hari demi liburan hemat dan aman!
Mitos 1: Tiket Last Minute Selalu Lebih Murah
Fakta: Kadang benar, tapi lebih sering tidak.
Maskapai menggunakan sistem harga dinamis berbasis algoritma:
- Saat permintaan tinggi dan kursi hampir habis, harga naik drastis.
- Jika kursi masih banyak mendekati keberangkatan, maskapai bisa menurunkan harga untuk mengisi pesawat.
Namun, kebanyakan penerbangan komersial penuh – apalagi rute populer, akhir pekan, atau musim liburan – jadi peluang dapat tiket last minute murah sangat kecil.
Kesimpulan: Last minute murah? Bisa, tapi sangat tergantung pada situasi, destinasi, dan musim.
Mitos 2: Tiket Last Minute Lebih Murah untuk Semua Rute
Fakta: Tidak semua rute sama.
- Rute populer (Jakarta–Bali, Jakarta–Singapore, dll): biasanya tiket last minute lebih mahal karena demand tinggi.
- Rute jarang peminat: peluang tiket last minute murah lebih besar karena maskapai butuh mengisi kursi kosong.
Contoh: Penerbangan ke kota kecil atau destinasi musiman kadang baru turun harga beberapa hari sebelum berangkat.
Tips: Kalau destinasi kamu adalah hotspot wisata atau kota besar, jangan berharap banyak pada last minute deals.
Mitos 3: Weekend adalah Waktu Terbaik untuk Cari Tiket Last Minute
Fakta: Justru sebaliknya.
- Hari kerja (Senin–Kamis) biasanya lebih banyak promo atau harga diskon, termasuk untuk last minute.
- Akhir pekan harga cenderung naik karena tingginya minat bepergian.
Tips: Cari tiket last minute di hari Selasa atau Rabu, saat maskapai sering update sistem harga.
Mitos 4: Semakin Dekat dengan Jam Keberangkatan, Harga Makin Turun
Fakta: Kadang iya, kadang tidak.
- Ada maskapai yang menurunkan harga 12–24 jam sebelum terbang untuk mengisi kursi.
- Tapi ada juga maskapai yang menaikkan harga drastis untuk menargetkan traveler mendadak (bisnis atau urgent traveler) yang tidak peduli harga.
Tips: Kalau harus ambil last minute, cek harga 24–48 jam sebelum keberangkatan, bukan 5 jam sebelum check-in.
Mitos 5: Semua Tipe Penerbangan Berlaku Sama untuk Last Minute
Fakta: Tidak berlaku sama.
- Low-cost carrier (seperti AirAsia, Citilink): kecil kemungkinan diskon last minute, karena mereka menjual harga murah dari awal.
- Full-service airlines (seperti Garuda, Singapore Airlines): kadang punya promo mendadak untuk mengisi kelas ekonomi.
Tips: Kalau mau ambil risiko last minute, fokuslah pada maskapai full-service dan lihat platform resminya langsung.
Kapan Harus Mengambil Risiko Tiket Last Minute?
Kamu bisa mencoba berburu tiket last minute kalau:
- Perjalanan fleksibel: tidak masalah gagal berangkat di hari tertentu.
- Bisa memilih banyak destinasi: misal, ke mana saja yang tiketnya lagi murah.
- Waktu low season: misalnya, bulan Februari atau September untuk destinasi tertentu.
Kapan Harus Booking Jauh-Jauh Hari?
Jangan ambil risiko last minute kalau:
- Tanggal sudah pasti: seperti cuti kantor, acara keluarga, atau liburan sekolah.
- Musim ramai: Lebaran, Natal, Tahun Baru, libur sekolah.
- Destinasi wisata populer: Bali, Singapore, Jepang saat musim semi.
Idealnya:
- Rute domestik → booking 1–3 bulan sebelum.
- Rute internasional → booking 3–6 bulan sebelum.
Tiket pesawat last minute murah itu mungkin, tapi penuh risiko.
Dalam banyak kasus, terutama untuk rute populer dan musim liburan, booking jauh-jauh hari tetap lebih aman dan hemat.
Kalau kamu fleksibel, berani ambil peluang, dan tahu kapan dan di mana berburu, last minute deal bisa jadi jackpot. Tapi kalau ingin liburan tenang tanpa stres dan drama, lebih baik amankan tiket lebih awal!
Liburan cerdas adalah tentang strategi, bukan sekadar nekat!