Scroll untuk baca artikel
Shopee Diskon 50%
Seni & Budaya

4 Karya Seni Kontroversial yang Mengubah Sejarah & Menciptakan Paradigma Baru

Avatar photo
×

4 Karya Seni Kontroversial yang Mengubah Sejarah & Menciptakan Paradigma Baru

Share this article
Karya Seni Kontroversial

Empat karya seni kontroversial yang mengubah sejarah dan menciptakan paradigma baru, mengguncang dunia seni dengan inovasi dan perdebatan yang mendalam.

Dunia seni selalu penuh dengan inovasi dan kreativitas yang melampaui batas-batas konvensional. Di antara lautan karya yang memukau, terdapat beberapa karya seni yang tidak hanya memikat perhatian, tetapi juga mengundang kontroversi dan perdebatan.

Promo Kredivo

Empat karya seni ini, dengan keberanian dan keunikan masing-masing, telah berhasil mengubah paradigma serta mencatat sejarah dalam dunia seni.

Dari lukisan hingga instalasi, setiap karya menyajikan perspektif baru yang menantang pemikiran tradisional dan memicu diskusi yang mendalam tentang makna seni itu sendiri.

1. Eduard Manet, Le Dejeuner sur l’Herbe, 1863

Eduard Manet, Le Dejeuner sur lHerbe
Foto: Wikipedia

Eduard Manet, dengan lukisannya yang berjudul “Le Dejeuner sur l’Herbe” pada tahun 1863, memberikan sentuhan revolusioner dalam dunia seni lukis.

Karya yang terpampang di Musée d’Orsay di Paris ini menampilkan adegan piknik di pedesaan dengan dua sosok pria yang berpakaian rapi dan dua wanita, salah satunya telanjang dan yang lainnya mengenakan pakaian minim.

Pada masa itu, lukisan ini dianggap sangat provokatif, terutama karena Manet menggunakan kontras warna yang tajam dan brutal, jauh berbeda dari gaya lukisan yang lazim pada periode tersebut.

Pada awalnya, karya ini ditolak oleh juri Salon di Paris tahun 1863, namun Manet tidak menyerah dan memamerkannya di Salon des Refusés, di mana lukisan ini akhirnya memicu kontroversi besar.

Lewat “Le Dejeuner sur l’Herbe”, Manet telah mematahkan norma-norma konvensional yang dipegang teguh oleh estetikawan zaman itu, dan lukisan ini dianggap sebagai titik awal dari lahirnya seni rupa modern.

Baca Juga:  Dari Berciuman Hingga Berpelukan Masal, Inilah Tradisi Omed-omedan Untuk Menutup Nyepi di Bali

Melalui penggambaran yang berani dan pilihan tema yang tidak biasa, Manet berhasil menantang pandangan tradisional masyarakat terhadap seni dan estetika, membuka jalan bagi generasi seniman berikutnya untuk bereksperimen lebih bebas dengan bentuk dan isi.

2. Marcel Duchamp, Fountain, 1917

Sementara itu, pada tahun 1917, Marcel Duchamp menyajikan sebuah karya yang sama radikalnya dengan “Fountain”. Karya ini, yang berbentuk seperti tempat kencing laki-laki, menjadi subyek kontroversi besar dalam dunia seni.

Duchamp mendaftarkan karya ini dalam sebuah pameran yang diselenggarakan oleh Society of Independent Artists di Grand Central Place di New York, dan menyajikannya dalam posisi terbaring, dengan tanda tangan ‘R.Mutt’ untuk menyamarkan identitasnya.

Duchamp sendiri adalah bagian dari dewan juri dalam perkumpulan seniman tersebut, yang membuat keputusannya untuk menyembunyikan identitas semakin kontroversial.

Selama pameran, “Fountain” tidak dipamerkan oleh juri lain karena mereka tidak menganggapnya sebagai sebuah karya seni.

Kekecewaan Duchamp terhadap reaksi ini mendorongnya untuk menantang para juri dan masyarakat seni untuk mendefinisikan kembali apa itu seni, apa yang membuat sesuatu dianggap sebagai karya seni, dan siapa yang memiliki hak untuk menilai nilai sebuah karya.

Kelompok Dada, yang anggotanya dikenal dengan eksperimen dan pandangan anti-konvensional dalam seni visual, sastra, teater, dan desain grafis, mendukung Duchamp secara kuat.

Meskipun sempat dikeluarkan dari pameran, “Fountain” kemudian mendapatkan pengakuan luas dan dianggap sebagai sebuah karya yang mengubah paradigma dalam seni kontemporer, menantang batasan tradisional dan membuka cakrawala baru dalam pemahaman tentang apa itu seni.

Baca Juga:  Ritual Ma Nene, Upacara Sakral untuk Menghormati Leluhur di Toraja

3.  Ai Weiwei, Dropping a Han Dynasty Urn, 1995

Ai Weiwei, Dropping a Han Dynasty Urn
Foto: Publicdelivery.org

Ai Weiwei, seorang seniman dan aktivis asal Tiongkok, dikenal luas sebagai salah satu sosok yang paling provokatif dalam kancah seni kontemporer.

Karyanya yang berjudul ‘Menjatuhkan Guci Dinasti Han’ (Dropping a Han Dynasty Urn), yang dibuat pada tahun 1995, menjadi salah satu contoh paling memukau dari pendekatannya yang sering memicu kontroversi.

Karya ini adalah sebuah seri fotografi yang terdiri dari tiga foto hitam-putih dengan dimensi 148 x 121 cm, yang secara dramatis mendokumentasikan tindakan Ai Weiwei memegang, menjatuhkan, dan berdiri di atas puing-puing guci kuno Dinasti Han yang berusia sekitar 2.000 tahun.

Karya ini dianggap oleh banyak kritikus sebagai tindakan penodaan, mengingat guci yang dihancurkan Ai merupakan objek yang sangat dihormati dalam kebudayaan Tiongkok, di mana guci tersebut tidak hanya sebagai artefak bersejarah, tetapi juga sebagai simbol dari warisan dan kebijaksanaan leluhur.

Namun, Ai Weiwei membalas kritikan tersebut dengan mengutip kata-kata Mao Zedong yang menyatakan bahwa untuk menciptakan dunia baru, perlu adanya penghancuran atas dunia lama.

Melalui karya ini, Ai Weiwei mengeksplorasi tema penghancuran sebagai bentuk kritik sosial dan politik, menantang penonton untuk mempertanyakan nilai-nilai tradisional dan keabsahan penghormatan yang diberikan kepada objek-objek masa lalu.

4. Banksy, Girl With  Balloon, 2018

Di sisi lain, dalam dunia seni yang sering kali diwarnai oleh aksi-aksi spektakuler, karya ‘Girl With a Balloon’ oleh Banksy pada tahun 2018 menjadi momen yang tidak terlupakan.

Banksy, seniman jalanan yang identitasnya masih misterius, berhasil membuat kejutan besar ketika salah satu karyanya terjual dengan harga 1.042.000 poundsterling (sekitar Rp20,7 miliar) dalam sebuah lelang di galeri Sotheby’s, London.

Baca Juga:  Dari Berciuman Hingga Berpelukan Masal, Inilah Tradisi Omed-omedan Untuk Menutup Nyepi di Bali

Namun, sesaat setelah karya tersebut terjual, sebuah mekanisme yang tersembunyi di dalam bingkai lukisan mengaktifkan diri dan memulai proses pemotongan kanvas, sehingga karya itu praktis menghancurkan dirinya sendiri di depan mata para penawar dan pengamat.

Karya yang menggambarkan seorang gadis kecil yang hendak meraih balon berbentuk hati dengan teknik stensil yang menjadi ciri khas Banksy ini, akhirnya hanya tersisa setengah dari kanvasnya, meninggalkan gambar balon berbentuk hati yang terpotong.

Menanggapi hal ini, Banksy kemudian mengutip Pablo Picasso melalui laman Instagramnya, menyatakan bahwa dorongan untuk menghancurkan karya seni adalah sebuah bentuk dorongan kreatif.

Ironisnya, setelah peristiwa tersebut, nilai karya tersebut justru meningkat beberapa kali lipat, menyoroti paradoks dalam dunia seni di mana destruksi bisa menjadi sumber nilai tambahan.

Empat karya seni kontroversial ini telah membuktikan bahwa seni adalah medium yang kuat untuk menyampaikan gagasan, menantang norma, dan menginspirasi perubahan.

Meskipun menuai pro dan kontra, karya-karya ini telah memperkaya wacana seni dan membuka jalan bagi para seniman untuk terus bereksplorasi tanpa takut akan batasan.

Dengan mengapresiasi keberanian dan inovasi di balik setiap karya, kita dapat menghargai betapa pentingnya peran seni dalam merefleksikan dan membentuk budaya serta sejarah.

Seni yang kontroversial bukan hanya sekadar provokasi, tetapi juga undangan untuk berpikir lebih dalam dan melihat dunia dari perspektif yang berbeda.